Antara
Aku Dan Bung Karno
Kita Belum Hidup Dalam Sinar Bulan
Purnama, Kita Masih Hidup Di Masa Pancaroba, Tetaplah Bersemangat Elang
Rajawali " (Pidato HUT Proklamasi 1949)
A.
Tentang
nasionalisme
ü
Nasionalisme kita adalah
nasionalisme yang membuat kita menjadi
“perkakasnya Tuhan”, dan membuat kita menjadi “hidup di dalam
rokh”.[Suluh Indonesia Muda, 1928]
“perkakasnya Tuhan”, dan membuat kita menjadi “hidup di dalam
rokh”.[Suluh Indonesia Muda, 1928]
ü
Nasionalisme yang sejati,
nasionalismenya itu bukan se-mata-mata
copie atas tiruan dari Nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa
cinta akan manusia dan kemanusiaan. [Di bawah bendera revolusi, hlm. 5]
copie atas tiruan dari Nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa
cinta akan manusia dan kemanusiaan. [Di bawah bendera revolusi, hlm. 5]
ü
Nasionalisme Eropa ialah satu
Nasionalisme yang bersifat serang
menyerang, satu Nasionalisme yang mengejar keperluan Beograd, satu
Nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, Nasionalisme
semacam itu pastilah salah, pastilah binasa.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 6]
menyerang, satu Nasionalisme yang mengejar keperluan Beograd, satu
Nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, Nasionalisme
semacam itu pastilah salah, pastilah binasa.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 6]
ü
Bangsa yang terdiri dari kaum buruh
belaka dan menjadi buruh antara
bangsa-bangsa. Tuan-tuan Hakim-itu bukan nyaman… Tidaklah
karenanya wajib tiap-tiap nasionalls mencegah keadaan itu dengan
seberat-beratnya ?
[Indonesia menggugat, hlm. 58]
bangsa-bangsa. Tuan-tuan Hakim-itu bukan nyaman… Tidaklah
karenanya wajib tiap-tiap nasionalls mencegah keadaan itu dengan
seberat-beratnya ?
[Indonesia menggugat, hlm. 58]
ü
Bangsa atau rakyat adalah satu jiwa.
Jangan kita kira seperti kursikursi
yang dijajarkan. Nah, oleh karena bangsa atau rakyat adalah satu
jiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar statis atau dasar dinamis
bagi bangsa, tidak boleh mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu
Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 37]
yang dijajarkan. Nah, oleh karena bangsa atau rakyat adalah satu
jiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar statis atau dasar dinamis
bagi bangsa, tidak boleh mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu
Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 37]
ü
Entah bagaimana tercapainya
“persatuan” itu, entah bagaimana
rupanya “persatuan” itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke
Indonesia – Merdeka itu, ialah ….”Kapal Persatuan” adanya.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 2]
rupanya “persatuan” itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke
Indonesia – Merdeka itu, ialah ….”Kapal Persatuan” adanya.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 2]
ü
Tidak ada dua bangsa yang cara
berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa
mempunyai cara berjuang Beograd, mempunyai karakteristik Beograd.
Oleh karena pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai
kepribadian Beograd.[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 7 ]
mempunyai cara berjuang Beograd, mempunyai karakteristik Beograd.
Oleh karena pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai
kepribadian Beograd.[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 7 ]
ü
Kita bangsa yang cinta perdamaian,
tetapi lebih cinta kemerdekaan!
[Pidato HUT Proklamasi, 1946 ]
[Pidato HUT Proklamasi, 1946 ]
ü
Bangsa adalah segerombolan manusia
yang keras ia punya keinginan
bersatu dan mempunyai persamaan watak yang berdiam di atas satu
geopolitik yang nyata satu persatuan.
[[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 58]
bersatu dan mempunyai persamaan watak yang berdiam di atas satu
geopolitik yang nyata satu persatuan.
[[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 58]
ü
Kita dari Republik Indonesia dengan
tegas menolak chauvinisme itu.
Maka itu di samping sila kebangsaan dengan lekas-lekas kita taruhkan
sila perikemanusiaan.[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 64]
Maka itu di samping sila kebangsaan dengan lekas-lekas kita taruhkan
sila perikemanusiaan.[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 64]
ü
Janganlah kita lupakan demi tujuan
kita, bahwa para pemimpin berasal
dari rakyat dan bukan berada di atas rakyat.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 69]
dari rakyat dan bukan berada di atas rakyat.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 69]
ü
Bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
ü
Di dalam arti inilah maka
pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. “No sacrifice is wasted”.
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. “No sacrifice is wasted”.
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
ü
Tidak seorang yang menghitung-hitung
: “Berapa untung yang kudapat
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya.”
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya.”
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
ü
Oleh karena itu, maka Marhaen tidak
sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
ü
Ini Negara, alat perjuangan kita.
Dulu alat perjuangan ialah partai. Nah,
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
ü
Dari sudut positif, kita tidak bisa
membangunkan kultur kepribadian
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]
ü
Sekarang tibalah saatnya kita
benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]
ü
Dalam pidatoku, “Sekali Merdeka
tetap Merdeka”! Kucetus semboyan:
“Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1946][Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm.
69]
“Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1946][Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm.
69]
ü
Bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
ü
Di dalam arti inilah maka
pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. “No sacrifice is wasted”.
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. “No sacrifice is wasted”.
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
ü
Tidak seorang yang menghitung-hitung
: “Berapa untung yang kudapat
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya.”
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya.”
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
ü
Oleh karena itu, maka Marhaen tidak
sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
ü
Ini Negara, alat perjuangan kita.
Dulu alat perjuangan ialah partai. Nah,
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
ü
Dari sudut positif, kita tidak bisa
membangunkan kultur kepribadian
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]
ü
Sekarang tibalah saatnya kita
benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]
ü
Dalam pidatoku, “Sekali Merdeka
tetap Merdeka”! Kucetus semboyan:
“Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1946]
“Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1946]
B.
Tentang imperialisme
ü Imperialisme bukan saja sistem atau nafsu menaklukkan negeri
atau bangsa lain, tapi imperialisme bisa juga hanya nafsu atau sistem
mempengaruhi ekonomi negeri dan bangsa lain. Ia tak usah dijalankan dengan
pedang atau bedil atau meriam atau kapal perang, tak usah berupa pengluasan
daerah negeri dengan kekerasan senjata sebagai diartikan oleh Van Kol, tetapi
juga berjalan dengan “putarlidah” atau cara “halus-halusan” saja, bisa juga
berjalan dengan cara “pénétration pacifique”.
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
ü Menurut keyakinan kami, hilangnya pemerintah asing dari
Indonesia, belum tentu juga dibarengi oleh hilangnya imperialisme asing sama
sekali.
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
ü Benar seperti kata Jean Juares, di dalam Dewan Rakyat
Perancis terhadap wakil-wakil kaum modal, “Imperialisme itulah penghasut yang
besar yang menyuruh berontak; karena itu bawalah ia ke depan polisi dan hakim.”
Tapi bukan imperialisme, bukan sahabat-sahabat imperialisme yang kini berada di
muka mahkamah tuan-tuan Hakim tetapi kami: Gatot Mangkoeprodjo, Maskoen,
Soepriadinata, Sukarno.”
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
ü Amboi-di manakah kekuatan duniawi yang bisa memadamkan
tenaga
sesuatu bangsa. Puluhan, ratusan, ya ribuan “penghasut” dan
“opruieres” dan “ophitser” sudah di bui atau dibuang. Tapi tidaklah
pergerakan yang umurnya lk. 20 tahun itu semakin menjadi besar ?
[Indonesia menggugat, hlm. 70]
sesuatu bangsa. Puluhan, ratusan, ya ribuan “penghasut” dan
“opruieres” dan “ophitser” sudah di bui atau dibuang. Tapi tidaklah
pergerakan yang umurnya lk. 20 tahun itu semakin menjadi besar ?
[Indonesia menggugat, hlm. 70]
ü Memang zaman imperialisme modern mendatangkan “kesopanan”,
mendatangkan jalan-jalan tapi apakah itu setimbang dengan bencana
yang disebabkan oleh usaha-usaha partikulir itu?
Indonesia menggugat, hlm. 46
mendatangkan jalan-jalan tapi apakah itu setimbang dengan bencana
yang disebabkan oleh usaha-usaha partikulir itu?
Indonesia menggugat, hlm. 46
ü Sejak adanya “Opendeur Politik”, juga modal Inggeris, juga
modal
Amerika, juga modal Jepang, juga modal lain-lain, sehingga
imperialisme di Indonesia kini jadi Internasional.
[Indonesia menggugat, hlm. 51]
Amerika, juga modal Jepang, juga modal lain-lain, sehingga
imperialisme di Indonesia kini jadi Internasional.
[Indonesia menggugat, hlm. 51]
ü We are often told “Colonialism is dead”. Let us not be
deceived or even
soothed by that. I say to you, colonialism is not yet dead. How can we
say it is dead, so long as vast areas of Asia and Africa are un-free. And
I beg of you do not think of colonialism only in the classic form which
we of Indonesia, and our brothers in different parts of Asia and Africa
knew, colonialism has also its modern dress, in the form of economic
control, intellectual control, actual physical control a small, but aliencommunity
within a nation. It is a skillfull and determined enemy, and
it appears in many guises. It does not give up its loot easily, wherever,
whenever and however-it-appears, colonialism is an evil thing, and
one must be eradicated from the earth.
[Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]
soothed by that. I say to you, colonialism is not yet dead. How can we
say it is dead, so long as vast areas of Asia and Africa are un-free. And
I beg of you do not think of colonialism only in the classic form which
we of Indonesia, and our brothers in different parts of Asia and Africa
knew, colonialism has also its modern dress, in the form of economic
control, intellectual control, actual physical control a small, but aliencommunity
within a nation. It is a skillfull and determined enemy, and
it appears in many guises. It does not give up its loot easily, wherever,
whenever and however-it-appears, colonialism is an evil thing, and
one must be eradicated from the earth.
[Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]
ü Soal jajahan, adalah soal “rugi atau untung”, soal ini
bukanlah soal
kesopanan atau kewajiban, soal ini ialah soal mencari hidup, soal
Business !.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 51]
kesopanan atau kewajiban, soal ini ialah soal mencari hidup, soal
Business !.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 51]
ü Perang Kemerdekaan Amerika adalah sukses pertama perang
melawan
kolonialls di dalam sejarah dunia (di permukaan bumi) Maka penyair
Longfellow menulis:
kolonialls di dalam sejarah dunia (di permukaan bumi) Maka penyair
Longfellow menulis:
ü A cry defiance and not of fear. A voice in the darkness, a
knock at the door.And a word that shall echo for evermore
[Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]
[Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]
ü Dalam tahun 1929 itu terlepaslah dari mulut saya kalimat
yang
terkenal, “Kaum imperialis, awaslah, jikalau nanti geledek Perang
Pacific menyambar-nyambar dan membelah angkasa …., di situlah
rakyat Indonesia melepaskan belenggu-belenggunya, di situ Rakyat
Indonesia akan Merdeka. [Kepada bangsaku hlm. 316 ]
terkenal, “Kaum imperialis, awaslah, jikalau nanti geledek Perang
Pacific menyambar-nyambar dan membelah angkasa …., di situlah
rakyat Indonesia melepaskan belenggu-belenggunya, di situ Rakyat
Indonesia akan Merdeka. [Kepada bangsaku hlm. 316 ]
ü Memang Tuan Hakim, kami membicarakan bahwa Perang Pacific
itu
akan datang. Kami harus mengerti, jika bangsa Indonesia tidak segera
menjadi bangsa yang teguh, kami bisa tidak tahan menderitakan
pengaruh ledakan itu.
[Indonesia menggugat, hlm. 164]
akan datang. Kami harus mengerti, jika bangsa Indonesia tidak segera
menjadi bangsa yang teguh, kami bisa tidak tahan menderitakan
pengaruh ledakan itu.
[Indonesia menggugat, hlm. 164]
ü Pergerakan ini ialah antithese imperialisme yang terbikin
oleh
imperialisme Beograd. Bukan bikinan “penghasut”, bukan bikinan
“opruieres”, pergerakan ini ialah bikinan kesengsaraan dan kemelaratan
rakyat.
[Indonesia menggugat, hlm. 71]
imperialisme Beograd. Bukan bikinan “penghasut”, bukan bikinan
“opruieres”, pergerakan ini ialah bikinan kesengsaraan dan kemelaratan
rakyat.
[Indonesia menggugat, hlm. 71]
ü Bagaimana hakekatnya “budaya” atau “cultuur” yang
didatangkan
inperialisme moderen itu? Stockvis menyebutnya.” rakyat khatulistiwa
yang korat-karit dan diperlakukan tidak semena-mena”.
[Indonesia menggugat, hlm. 72]
inperialisme moderen itu? Stockvis menyebutnya.” rakyat khatulistiwa
yang korat-karit dan diperlakukan tidak semena-mena”.
[Indonesia menggugat, hlm. 72]
ü Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya
datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa sini atau
di desa situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru Cakra”.
Tak lain tak bukan, karena rakyat menunggu dan mengharap
pertolongan.
[Indonesia menggugat, hlm. 75]
datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa sini atau
di desa situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru Cakra”.
Tak lain tak bukan, karena rakyat menunggu dan mengharap
pertolongan.
[Indonesia menggugat, hlm. 75]
ü Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya
datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa sini atau
di desa situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru Cakra”.
Tak lain tak bukan, karena rakyat menunggu dan mengharap
pertolongan.
[Indonesia menggugat, hlm. 75]
datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa sini atau
di desa situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru Cakra”.
Tak lain tak bukan, karena rakyat menunggu dan mengharap
pertolongan.
[Indonesia menggugat, hlm. 75]
C.
Tentang
kemerdekaan
ü Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa
yang
jiwanya berkobar-kobar dengan tekad Merdeka, – Merdeka atau mati !.
(1 Juni 1945 lahirnya Pancasila)
jiwanya berkobar-kobar dengan tekad Merdeka, – Merdeka atau mati !.
(1 Juni 1945 lahirnya Pancasila)
ü We want to establish a state, “all for, all”, neither for a
single
individual nor for one group, whether it be a group of aristocracy or a
group of wealthy-but, “all for all”.
Kita ingin mendirikan satu Negara “semua buat semua”, bukan satu
Negara untuk satu orang, bukan satu Negara untuk satu golongan,
walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan Negara “semua buat
semua”.
(1 Juni 1945 lahirnya Pancasila)
individual nor for one group, whether it be a group of aristocracy or a
group of wealthy-but, “all for all”.
Kita ingin mendirikan satu Negara “semua buat semua”, bukan satu
Negara untuk satu orang, bukan satu Negara untuk satu golongan,
walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan Negara “semua buat
semua”.
(1 Juni 1945 lahirnya Pancasila)
ü Tokh diberi hak atau tidak diberi hak, tiap-tiap bangsa
tidak boleh
tidak, pasti akhirnya bangkit menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah
terlalu merasakan celakanya diri teraniaya oleh satu daya angkara
murka. Jangan lagi manusla, jangan lagi bangsa walau cacingpun tentu
bergerak berkelegut-kelegut kalau merasakan sakit.
(Indonesia menggugat, hlm. 09)
tidak, pasti akhirnya bangkit menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah
terlalu merasakan celakanya diri teraniaya oleh satu daya angkara
murka. Jangan lagi manusla, jangan lagi bangsa walau cacingpun tentu
bergerak berkelegut-kelegut kalau merasakan sakit.
(Indonesia menggugat, hlm. 09)
ü Indonesia Merdeka hanyalah suatu jembatan walaupun jembatan
emas
di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama
rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama
rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
D.
Tentang
keadilan
ü Maka karena itu jikalau kita memang betul-betul mengerti,
mengingat dan mencintai rakyat Indonesia, marilah kita terima prinsip hal
sociale rechvaardigheid ini yaitu bukan saja persamaan politik, harus
mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama.
[Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]
[Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]
ü Apakah kita mau Indonesia MERDEKA, yang kaum Kapitalnya
merajalela ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua cukup
makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku
oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang dan pangan?.
[Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]
makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku
oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang dan pangan?.
[Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]
ü Saya katakan bahwa cita-cita kita dengan keadilan sosial
ialah satu
masyarakat yang adil dan makmur, dengan menggunakan alat-alat
industri, alat-alat tehnologi yang sangat modern. Asal tidak dikuasai
oleh sistem kapitalisme.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 115 ]
masyarakat yang adil dan makmur, dengan menggunakan alat-alat
industri, alat-alat tehnologi yang sangat modern. Asal tidak dikuasai
oleh sistem kapitalisme.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 115 ]
ü Sosialisme berarti adanya paberik yang kolektif: Adanya
industrialisme
yang kolektif. Adanya produksi yang kolektif. Adanya distribusi yang
kolektif. Adanya pendidikan yang kolektif.
[Kepada bangsaku, hlm. 381]
yang kolektif. Adanya produksi yang kolektif. Adanya distribusi yang
kolektif. Adanya pendidikan yang kolektif.
[Kepada bangsaku, hlm. 381]
ü Dalam hubungan Internasionalpun kemerdekaan merupakan suatu
jembatan, suatu jembatan untuk perjuangan bangsa-bangsa bagi
persamaan derajat untuk pembentukan bangsa-bangsa dan negaranegara
sehingga sanggup berdiri di atas kaki Beograd, politis,
ekonomis,………”
[KTT NON BLOK Beograd, 1- 9 - 1961]
jembatan, suatu jembatan untuk perjuangan bangsa-bangsa bagi
persamaan derajat untuk pembentukan bangsa-bangsa dan negaranegara
sehingga sanggup berdiri di atas kaki Beograd, politis,
ekonomis,………”
[KTT NON BLOK Beograd, 1- 9 - 1961]
ü Masyarakat keadilan sosial bukan saja meminta distribusi
yang adil,
tetapi juga adanya produksi yang secukupnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1950]
tetapi juga adanya produksi yang secukupnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1950]
ü Seorang Marhaen adalah orang yang mempunyai alat yang
sedikit.
Bangsa kita yang puluhan juta jiwa yang sudah dimelaratkan, bekerja
bukan untuk orang lain dan tidak ada orang bekerja untuk dia.
Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam praktek.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 85]
Bangsa kita yang puluhan juta jiwa yang sudah dimelaratkan, bekerja
bukan untuk orang lain dan tidak ada orang bekerja untuk dia.
Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam praktek.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 85]
ü Untuk menjadi “padang usaha” industrialisme, seluruh daerah
Indonesia harus “Ekonomis” satu, dan supaya ekonomisnya menjadi
satu, maka seluruh daerah Indonesia itu “Polltis” harus menjadi satu
pula.
[Kepada bangsaku, hlm. 395]
Indonesia harus “Ekonomis” satu, dan supaya ekonomisnya menjadi
satu, maka seluruh daerah Indonesia itu “Polltis” harus menjadi satu
pula.
[Kepada bangsaku, hlm. 395]
ü Saya teringat akan apa yang dikatakan oleh Perdana Menteri
Kim Il
Sung di tahun 1947: “In order to build a democratic state, the
foundation of an independent economy of the nation must be
established ……… without the foundation of an independent economy,
we can either attain independence, nor found the state, nor subsist”.
Sung di tahun 1947: “In order to build a democratic state, the
foundation of an independent economy of the nation must be
established ……… without the foundation of an independent economy,
we can either attain independence, nor found the state, nor subsist”.
ü Untuk membangun suatu Negara yang Demokratie, maka satu
ekonomi yang Merdeka harus dibangun. Tanpa ekonomi yang
Merdeka, tak mungkin kita mencapai kemerdekaan, tak mungkin kita
tetap hidup”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
ekonomi yang Merdeka harus dibangun. Tanpa ekonomi yang
Merdeka, tak mungkin kita mencapai kemerdekaan, tak mungkin kita
tetap hidup”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
ü Rakyat padang pasir bisa hidup-masa kita tidak bisa hidup!
Rakyat
Mongolia (padang pasir juga) bisa hidup masa kita tidak bisa
membangun satu masyarakat adil-makmur gemah ripah loh jinawi, tata
tentram kertaraharja, di mana si Dullah cukup sandang, cukup pangan,
si Sarinem cukup sandang, cukup pangan? Kalau kita tidak bisa
menyelenggarakan sandang-pangan di tanah air kita yang kaya ini,
maka sebenarnya kita Beograd yang tolol, kita Beograd yang maha
tolol.
[Pidato Konperensi Kolombo Plan di Yogyakarta th. 1953]
Mongolia (padang pasir juga) bisa hidup masa kita tidak bisa
membangun satu masyarakat adil-makmur gemah ripah loh jinawi, tata
tentram kertaraharja, di mana si Dullah cukup sandang, cukup pangan,
si Sarinem cukup sandang, cukup pangan? Kalau kita tidak bisa
menyelenggarakan sandang-pangan di tanah air kita yang kaya ini,
maka sebenarnya kita Beograd yang tolol, kita Beograd yang maha
tolol.
[Pidato Konperensi Kolombo Plan di Yogyakarta th. 1953]
ü Ekonomi Indonesia akan bersifat Indonesia, sistem politik
Indonesia
akan bersifat Indonesia masyarakat kami akan bersifat Indonesia, dan
semuanya itu akan didasarkan kokoh kuat atas warisan kulturil dan
spiritual bangsa kami Beograd. Warisan itu dapat dipupuk dengan
bantuan dari luar, dari seberang lautan, akan tetapi bunganya dan
buahnya akan memiliki sifat-sifat kami Beograd. Maka janganlah tuantuan
mengharapkan, bahwa setiap bentuk bantuan yang tuan berikan
akan menghasilkan cerminan dari diri tuan-tuan Beograd.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
akan bersifat Indonesia masyarakat kami akan bersifat Indonesia, dan
semuanya itu akan didasarkan kokoh kuat atas warisan kulturil dan
spiritual bangsa kami Beograd. Warisan itu dapat dipupuk dengan
bantuan dari luar, dari seberang lautan, akan tetapi bunganya dan
buahnya akan memiliki sifat-sifat kami Beograd. Maka janganlah tuantuan
mengharapkan, bahwa setiap bentuk bantuan yang tuan berikan
akan menghasilkan cerminan dari diri tuan-tuan Beograd.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
ü Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan
mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan
itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan
gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan
itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan
gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
ü Gemah ripah loh jinawi, tata tentram kerta raharja, para
kawula iyeg
rumagang ing gawe, tebih saking laku cengengilan adoh saking juti.
Wong kang lumaku dagang, rinten dalu tan wonten pedote, labet
saking tan wonten sansayangi margi. Subur kang sarwa tinandur,
murah kang sarwa tinuku. Bebek ayam raja kaya enjang medal ing
panggenan, sore bali ing kandange dewe-dewe. Ucapan-dalang dari
bapaknya-embahnya-buyutnya-canggahnya, warengnya-udeg-udegnyagantung
siwurnya. Bekerja bersatu padu, jauh daripada hasut, dengki,
orang berdagang siang malam tiada hentinya, tidak ada halangan di
jalan. Inipun menggambarkan cita-cita sosialisme.
[Pidato Hari Ibu 22 Desember 1960]
rumagang ing gawe, tebih saking laku cengengilan adoh saking juti.
Wong kang lumaku dagang, rinten dalu tan wonten pedote, labet
saking tan wonten sansayangi margi. Subur kang sarwa tinandur,
murah kang sarwa tinuku. Bebek ayam raja kaya enjang medal ing
panggenan, sore bali ing kandange dewe-dewe. Ucapan-dalang dari
bapaknya-embahnya-buyutnya-canggahnya, warengnya-udeg-udegnyagantung
siwurnya. Bekerja bersatu padu, jauh daripada hasut, dengki,
orang berdagang siang malam tiada hentinya, tidak ada halangan di
jalan. Inipun menggambarkan cita-cita sosialisme.
[Pidato Hari Ibu 22 Desember 1960]
ü Dan sejarah akan menulis: di sana di antara benua Asia dan
Australia,
antara Lautan Teduh dan Lautan Indonesia, adalah hidup satu bangsa
yang mula-mula mencoba untuk kembali hidup sebagai bangsa, tetapi
akhirnya kembali menjadi satu kuli di antara bangsa-bangsa kembali
menjadi : een natie van koelies, en een kolie onder de naties. Maha
Besarlah Tuhan yang membuat kita sadar kembali sebelum kasip.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
antara Lautan Teduh dan Lautan Indonesia, adalah hidup satu bangsa
yang mula-mula mencoba untuk kembali hidup sebagai bangsa, tetapi
akhirnya kembali menjadi satu kuli di antara bangsa-bangsa kembali
menjadi : een natie van koelies, en een kolie onder de naties. Maha
Besarlah Tuhan yang membuat kita sadar kembali sebelum kasip.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
ü Suatu bangsa hanyalah menjadi kuat kalau patriotismenya
meliputi
patriotisme ekonomi. Ini memang jalan yang benar kearah kekuatan
bangsa, jalan yang jujur, jalan yang tepat.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
patriotisme ekonomi. Ini memang jalan yang benar kearah kekuatan
bangsa, jalan yang jujur, jalan yang tepat.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
ü Kalau bangsa bangsa yang hidup di padang pasir yang kering
dan
tandus bisa memecahkan persoalan ekonominya kenapa kita tidak?
Kenapa tidak? Coba pikirkan !
tandus bisa memecahkan persoalan ekonominya kenapa kita tidak?
Kenapa tidak? Coba pikirkan !
a)
Kekayaan alam kita yang sudah digali
dan yang belum digali, adalah melimpah-limpah.
b)
Tenaga kerjapun melimpah-limpah, di
mana kita berjiwa 100 juta manusia.
c)
Rakyat indonesia sangat rajin, dan memiliki
ketrampilan yang sangat besar, Ini diakui oleh semua orang di luar negeri.
d)
Rakyat memiliki jiwa Gotong-royong,
dan ini dapat dipakai sebagai dasar untuk mengumpulkan Funds and forces.
5. Ambisi daya cipta Bangsa Indonesia sangat tinggi di bidang politik
tinggi, di bidang sosial tinggi, di bidang kebudayaan tinggi, tentunya juga di bidang ekonomi dean perdagangan.
5. Ambisi daya cipta Bangsa Indonesia sangat tinggi di bidang politik
tinggi, di bidang sosial tinggi, di bidang kebudayaan tinggi, tentunya juga di bidang ekonomi dean perdagangan.
e)
Tradisi Bangsa lndonesia bukan
tradisi, “tempe”. Kita di zaman
purba pernah menguasai perdagangan di seluruh Asia Tenggara,
pernah mengarungi lautan untuk berdagang sampai ke Arabia atau Afrika atau Tiongkok.[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
purba pernah menguasai perdagangan di seluruh Asia Tenggara,
pernah mengarungi lautan untuk berdagang sampai ke Arabia atau Afrika atau Tiongkok.[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
E.
Amanat
Bung KarnoTentang hubungan internasional
ü Politik bebas bukanlah suatu politik yang mencari kedudukan
netral jika pecah peperangan; politik bebas bukanlah suatu politik netralitas
tanpa mempunyai warnanya Beograd; berpolitik bebas bukanlah berarti menjadi
suatu negara penyangga antara kedua blok raksasa.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961 ]
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961 ]
ü Berpolitik bebas berarti pengabdian yang aktip kepada tujuan
yang luhur dari kemerdekaan, perdamaian kekal, keadilan sosial dan kemerdekaan
untuk merdeka. Ia adalah tekad untuk mengabdi kepada tujuan ini; ia kongruen
dengan hati nurani sosial manusia.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
ü Politik Non-Blok adalah pembaktian kita secara aktip kepada
perjuangan yang luhur untuk kemerdekaan, untuk perdamaian yang kekal, keadilan
sosial dan kebebasan untuk Merdeka.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
ü Adalah menjadi keyakinan kita bersama kita bahwa, suatu
polltik yang bebas merupakan jalan yang paling baik bagi kita masing-masing
untuk memberikan suatu sumbangan yang tegas kearah pemeliharaan perdamaian dan
pengurangan ketegangan-ketegangan Internasional.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
ü kita mempertahankan pendapat bahwa pembentukan blok-blok,
apalagi jika berdasarkan kekuatan dan perlombaan persenjataan, hanya mengakibatkan
peperangan.”[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
ü Kita menginginkan satu Dunia Baru penuh dengan perdamaian
dankesejahteraan, satu Dunia Baru tanpa imperialisme dan kolonialisme dan
exploitation de l’homme par l’homme et de nation par nation.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü Bangsa Indonesia (saya) berjanji pada diri Beograd untuk
bekerja mencapai suatu Dunia yang lebih baik, suatu Dunia yang bebas dari
sengketa dan ketegangan, suatu Dunia di mana anak-anak dapat tumbuh dengan
bangga dan bebas, suatu Dunia di mana keadilan dan kesejahteraan berlaku untuk
semua orang. Adakah suatu bangsa
menolak janji semacam itu?”.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
menolak janji semacam itu?”.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü Dengan segala kesungguhan, saya katakan: kami bangsa-bangsa
yang baru Merdeka bermaksud berjuang untuk kepentingan Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Badan itu hanya dapat menjadi effective, bila Badantersebut
mengikuti jalannya sejarah dan tidak mencoba untukmembendung atau mengalihkan
ataupun menghambat jalannya.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü Di zaman pembangunan bangsa-bangsa ini telah muncul
kemungkinannya, keharusan akan suatu “Dunia” yang bebas dari ketakutan, bebas
dari kekurangan, bebas dari penindasan-penindasan
Nasional.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
Nasional.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü Bagi suatu bangsa yang baru lahir stau suatu bangsa yang
baru lahir kembali milik yang paling berharga adalah “kemerdekaan” dan
“kedaulatan”.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü Dunia kita yang satu ini terdiri dari Negara-negara Bangsa,
masingmasing sama berdaulat, dan masing- masing berketetapan hati menjaga
kedaulatan itu, dengan masing-masing berhak untuk menjaga
kedaulatan itu.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
kedaulatan itu.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü Dalam hal ini kita tidak hanya berjuang untuk kepentingan
kitaBeograd melainkan kita berjuang untuk kepentingan ummat manusia.
Seluruhnya, ya perjuangan kita lakukan untuk kepentingan mereka
yang kita tentang..
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
yang kita tentang..
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü Bukanlah pion-pion yang di atas papan catur yang tuan-tuan
hadapi. Yang tuan-tuen hadapi adalah manusia, impian-impian manusia, citacita
manusla dan hari depan manusia.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü Saya serukan kepada tuan-tuan kepada semua anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Bergeraklah bersama arusnya sejarah, janganlah
mencoba membendung arus itu.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü “Sesuatu” itu kami namakan “Pancasila”, ya “Pancasila” atau
Lima Sendi Negara kami. Lima Sendi/Dasar tidaklah langsung berpangkal pada
Manifesto komunis ataupun Declaration of Independence. Declaration of
Independence memang, gagasan-gagasan dan cita-cita itu mungkin sudah ada sejak
berabad-abad telah terkandung dalam bangsa kami. Dan memang tidak mengherankan
bahwa paham-paham mengenai kekuatan yang besar dan kejantanan itu telah timbul
dalam bangsa kami selama dua ribu tahun peradaban kami dan selama berabad-abad
kejayaan bangsa sebelum imperialisme menenggelamkan kami pada suatu saat
kelemahan Nasional.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü Singkirkan penyelewengan terhadap kemerdekaan dan emansipasi
dan ancaman terhadap perdamaian akan lenyap. Tumbangkan Imperialisme dengan
segera dengan Beogradnya Dunia akan menjadi suatu tempat yang lebih bersih,
suatu tempat yang lebih baik dan suatu tempat yang lebih aman.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü Bangunlah Dunia ini kembali! Banguniah Dunia ini kokoh kuat
dan sehat! Bangunlah suatu Dunia di mana semua bangsa hidup dalam Damai dan
Persaudaraan. Bangunlah Dunia yang sesuai dengan impian
dan cita-cita ummat manusia.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
dan cita-cita ummat manusia.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
ü Masalah bangsa Asia harus diselesaikan oleh Bangsa Asia
Beograd dengan cara-cara Asia. Asian Problems to be solved by themselves in Asian
ways.[Konferensi Maphilindo di Manila 1963]
Komentar
Play Vdeviguart on Vdeviguart, the home youtube downloader of high quality soundtracks, free music, soundtracks and Vdeviguart albums.